Pages

  • RSS

Monday, December 2, 2013

22 tanda iman lemah

*artikel kopi & pasta, so that it can be a constant reminder for me :(


dakwatuna.com - Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan iman sedang lemah. Setidaknya ada 22 tanda yang dijabarkan dalam artikel ini. Tanda-tanda tersebut adalah:

1. Ketika Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa. Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan.

Ketahuilah, Rasululllah saw. pernah berkata, “Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseirang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Bukhari, 10/486)

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)

2. Ketika hati Anda terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai Anda masuk ke dalam ayat ini, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah:74)


3. Ketika Anda tidak tekun dalam beribadah. Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur’an. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah! Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Tirmidzi, hadits nomor 3479)

4. Ketika Anda terasa malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, meremehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadits nomor 679)

Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. “Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.”

Jadi, hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau mengentar-entarkan utang puasa Ramadhan.

5. Ketika hati Anda tidak merasa lapang. Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, “Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)

6. Ketika Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya.

Ketahuilah, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al-Anfal:2)

7. Ketika Anda melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula Anda menangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, “Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali.” (An-Nisa:142)

8. Ketika Anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah. Ghirah Anda padam. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan nahyi munkar. Bahkan, raut muka Anda pun tidak berubah sama sekali.

Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia membencinya –dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya–, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya.” (Abu Daud, hadits nomor 4345).

Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)

9. Ketika Anda gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang. Narsis banget!

Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)

Nabi saw. pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau pun lalu bersabda kepada si pemuji, “Sungguh engkau telah membinasakan dia atau memenggal punggungnya.” (Bukhari, hadits nomor 2469, dan Muslim hadits nomor 5321)

Hati-hatilah. Ingat pesan Rasulullah ini, “Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir.” (Bukhari, nomor 6729)

“Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hati kiamat, kecuali orang yang adil.” (Shahihul Jami, 1420).

Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, “Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50)

“Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)

10. Ketika Anda bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahihul Jami’, 2678)

11. Ketika Anda mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat. Ingat, Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat.” (Ash-Shaff:2-3)

Apakah Anda lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.

12. Ketika Anda merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan. Anda merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal.

Ingatlah! Kata Rasulullah saw, “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352)

Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Orang Islam yang manakah yang paling baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya.” (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57)

13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, Anda akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits nomor 1599)

Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, “Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.

14. Ketika Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw., “Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.” (Silsilah Shahihah, nomor 1352)

Ingatlah, surga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.” (Bukhari, hadits nomor 593)

15. Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini, “Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala.” (Silsilah Shahihah, nomor 1137)

16. Ketika Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda. “Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)

17. Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah.” (Ash
-Shaff:14)

18. Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat. Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” (Al-Ankabut:2)

Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. “Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Muslim)


19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. “Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’, nomor 5633)

20. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia. Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, “Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.” (Muslim)


21. Ketika Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan Anda.

Bukankah Allah swt. telah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.” (Al-Israa’:53)

Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’” (Al-Qashash:55)

Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Bukhari dan Muslim)


22. Ketika Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling Anda sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup.

Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31). 

Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’:26)

Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah.” (Al-Silsilah Al-Shahihah, nomor 353).


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/03/05/422/22-tanda-iman-anda-sedang-lemah/#ixzz2mGzCdtOQ 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Monday, August 12, 2013

Kisah 28 Ramadhan


Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi.Di luar langit pun dah makin cerah .Aku dan Radhiah bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Malam itu kami menjadikan Masjid Bilal bin Rabah di Hayyu Sabie sebagai masjid pilihan untuk iktikaf hingga ke subuh.

Kami menahan teksi di jalan besar untuk pulang ke Sayeda Zeinab. Selepas 5 minit menanti, akhirnya ada teksi yang sudi membawa kami pulang.

Ammu teksi kelihatan kurang biasa melalui jalan di Madinat Nasr. Beberapa kali dia tersilap memilih jalan yang menghala ke Medan Rabiatul Adawiyah; tempat perkumpulan jutaan rakyat Mesir yang menolak penggulingan kuasa oleh tentera ke atas Presiden Mesir yang sah Dr Muhammad Mursi. Berpusing-pusing ammu  mencari jalan keluar kerana kebanyakan jalan yang menghala ke Rabiatul Adawiyah telah ditutup.

"Kau tengok, entah apa yang mereka nak pun aku tak tahu. Apa yang mereka dapat bila berkumpul2 macam tu? Menyusahkan betul!" rungut ammu meluahkan kemarahan terhadap pro Mursi yang berkumpul.

Aku mengambil langkah berdiam diri. Kami selalu diberi amaran oleh kedutaan Malaysia di Mesir supaya tidak berbincang soal politik Mesir dengan rakyatnya, bimbang menimbulkan ketegangan. Tambahan pelajar Malaysia di sini sudah dilabel sebagai penyokong ikhwanul muslimin, dibimbangi keselamatan pelajar Malaysia terancam.

"Mereka semua pengganas. Kau tahu mereka yang lepaskan tembakan kepada polis? Kalau di negara kau ada ke orang buat macam tu? Berhimpun depan bangunan tentera dan menyerang tentera? Tak ada siapa pun atas muka bumi ni yang buat macam mereka!" ammu nampak makin meradang.

"Mana kamu tahu mereka yang lepaskan tembakan? Mesti kau tengok tv kerajaan kan.Takpun kau baca surat khabar Ahram. Kau tahu tak media kerajaan negara kamu ni penipu, mereka tak tunjukkan kebenaran!" aku jadi naik darah bila orang-orang soleh di Rabiatul Adawiyah itu dikatakan pengganas. Tak peduli dengan isu keselamatan, aku cuba merasionalkan ammu teksi ini.

"Kenapa kau cakap macam tu?"

"Yelah, apa yang aku baca dari berita, lain pula. Yang aku tahu, tentera yang mulakan tembakan ke atas mereka. Kau tak tahu ke mereka ditembak oleh polis selepas pulang dari solat subuh di hadapan Kubur Anwar Sadat? Kau tak baca ke berita yang mereka ditembak di depan Hirs Jumhuri ketika sedang solat subuh dan ketika sujud?"

"Mereka ditembak ketika sujud??" ammu nampak terkejut. siap tertoleh ke belakang memandangku meminta kepastian.

"Ya. Itu yang aku baca dari internet, dari AlJazeera, dari sumber2 lain yang lebih tepat. Media kerajaan yang penipu memang takkan siarkan benda ni, sebab tu kau tak tahu! Adakah orang yang sujud dikatakan pengganas? Atas alasan apa tentera mahu tembak orang yang sedang solat?"

Ammu terdiam.

"Ammu, kau tak boleh hanya baca dari satu sumber sahaja. Bukan di Mesir sahaja, di Malaysia pun media kerajaannya kadang-kadang tak menceritakan kebenaran. Mereka hanya akan tunjukkan benda yang membawa kepentingan kepada mereka sahaja. "

Ammu diam lagi. Sedang berfikir agaknya.

"Kau kena dapatkan dari pelbagai sumber, dari internet, dari orang-orang yang sedang berkumpul di Rabiatul Adawiyah tu.Allah kurniakan kita akal, untuk kita bezakan antara yang haq dan yang batil! Kalau kau hanya baca dari media kerajaan yang biased, kau takkan nampak kebenaran."

Ammu terangguk-angguk sedikit.

"Tapi kenapa Syeikh Azhar pun menolak Mursi?"

"Ammu, yang menolak Mursi tu hanya ketuanya sahaja, Syeikh Tayyib tu. Kau tak tahu ke kebanyakannya syuyukh Azhar yang lain bersama Mursi? Mereka sama-sama berkumpul di Rabiatul Adawiyyah!"

"Yakah?"

"Ya ammu..sebab tu kau kena baca dari internet.."

"Habis tu apa yang mereka nak sebenarnya dengan berkumpul di sana?" Ammu bertanya.Mungkin nak mengujiku.

"Sudah tentu kerana mereka mahu Mursi kembali memerintah kerana Mursi adalah presiden yang sah."

"Ahhhh..Mursi tu tak layak jadi presiden. Dia tak pandai memerintah. Kau tahu kan, disebabkan dia rakyat susah. Masalah petrol, air, elektrik. Dia memang patut digulingkan!" ammu nampaknya meradang semula bila nama Mursi dibangkitkan.

"Kau tak boleh kata itu semua salah dia semata-mata. Macam mana dia nak memerintah, kalau menteri-menteri semuanya tak bekerjasama? Bahkan menteri-menteri kebanyakannya adalah saki baki rejim Mubarak. Lagi pun macam mana dia mahu memerintah Mesir yang sudah dirosakkan Mubarak selama 30 tahun dalam tempoh satu tahun saja?"

"Huh..kalau kau nak tahu, semua kerosakan yang Mubarak buat dalam 30 tahun tu Mursi buat dalam setahun saja!" geram sangat ammu ni nampaknya.

"Apa buktinya? Yang aku nampak dia banyak bawa kemajuan." memang susah nak merasionalkan orang yang bercakap dengan emosi, bukan dengan hujah.

"Macam ni lah ammu, kau jangan percaya apa yang media kerajaan katakan. Mereka tak tunjukkan kebenaran pun. Pada pendapat aku, satu tahun sahaja memang tak cukup untuk Mursi membaiki semua kerosakan yang ada. Takkan ada siapa-siapa pun atas dunia ni yang mampu mengislahkan negara dalam tempoh sesingkat itu. Bahkan di negara kami pun, kami beri tempoh sekurang-kurangnya 5 tahun untuk memerintah, kemudian baru pilihanraya diadakan. Kau kena bagi Mursi peluang."

Ammu terdiam.

"Kau kenal bekas perdana menteri negara aku? Mahathir Muhammad?"

"Ya."

"Dia mengambil masa 20 tahun untuk membangunkan Malaysia, sampai menjadi negara maju sekarang. 20 tahun sebelumnya, negara kami mundur, macam Mesir juga!" sengaja aku memancing dengan nama Tun Mahathir, kerana rakyat Mesir memang kebanyakannya sangat menyanjung Tun Mahathir disebabkan kebolehannya membangunkan Malaysia.

"20 tahun? lama tu!" ammu kelihatan terkejut.

"Ya, ammu. Sebab tu kau tak boleh menghukum Mursi dalam tempoh satu tahun sahaja. Kau kena bagi dia peluang."

Ammu mengangguk. Teksi kami sudah makin menghampiri kawasan rumahku di Syari Kasr El-Einy.

"Aku nak cadangkan kepada kau ammu, apa kata kau cuba pergi sendiri ke Medan Rabiatul Adawiyyah. Kau lihat bagaimana orang-orangnya, apa yang mereka buat. Kau akan nampak bahawa yang berkumpul di sana semua orang-orang soleh yang mahu menegakkan kebenaran.Kau tak boleh hanya sekadar dengar dari media sahaja. Kau kena lihat sendiri"

"Baik aku akan cuba ke sana nanti."

"Aku doakan moga Allah tunjukkan kebenaran kepada kau. Terima kasih ammu."

"Ameen." Ammu tersenyum dan memberhentikan teksinya untuk menurunkan kami.

dalam hati memang aku benar-benar mendoakan ammu ini dapat melihat kebenaran. kerana aku lihat dia seorang yang benar-benar cintakan negaranya.  dan aku benar-benar berharap dia ke Medan Rabiatul Adawiyyah seperti yang aku sarankan, kerana aku tahu kebanyakan rakyat Mesir buta huruf, dan tak mampu mendapat akses internet, maka mereka perlu melihat dengan mata mereka sendiri.

ala kulli haal, politik Mesir memang sangat menarik. bahkan sejarahnya yang tertulis di dalam Quran tentang kisah Firaun dan Musa bagaikan ditayangkan semula kepada ummat zaman ini.

memang, pertempuran antara AlHaq dan AlBatil itu akan sentiasa berlangsung, hingga kiamat menamatkan semuanya..

allahumma arinal haqqa haqqan warzuqnattiba3ah..waarinal batila batilan warzuqnajtinabah 






Friday, June 28, 2013

fansalakha

Bacaan Al-Quran terhenti. Aku menghela nafas panjang, dan menatap lama baris ayat 175 hingga 177 dari Surah Al-A’raaf  itu. Tiga ayat yang dibaca seakan menusuk ke dalam hati. Aku kah orang itu? Aku kah yang digambarkan dalam ayat ini? 

Mata mula merasa panas dan berkaca. 

Surah Al-A’raaf, antara surah kegemaranku. Antaranya disebabkan surah ini banyak mengandungi kisah-kisah para nabi dan rasul yang terdahulu, yang membuatkan menghafalnya lebih mudah dan menarik, sambil cuba membayangkan peristiwa-peristiwa yang berlaku pada para anbiya’ tersebut.  Dan kisah yang pernah memberi kesan kepadaku adalah kisah tentang sejarah permusuhan antara Iblis laknatullah dengan manusia, seperti yang  terkandung di dalam ayat 11 hingga 18.

11.Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam” maka mereka sujud kecuali Iblis. Ia (Iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud.

12.(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab: “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

13. (Allah) berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (syurga); kerana kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”

14. (Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan.”

15. Allah berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu”

16. (Iblis) menjawab, “Kerana Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalanMu yang lurus,

17. Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari DEPAN, dari BELAKANG dari KANAN dan dari KIRI mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”

18. (Allah) berfirman, “Keluarlah kamu dari sana (syurga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka jahannam dengan kamu semua.”

Benar, kisah perbualan di antara Allah dan iblis ini telah berlaku sekian lama, seawal penciptaan Nabi Allah Adam alaihissalam. Namun Allah masih menginginkan agar perbualan ini dirakamkan di dalam kitabNya Al-Quran, supaya dibaca dan dijadikan peringatan kepada kita ummat akhir zaman. Supaya ummat Muhammad ini tidak lupa, bahawa sang iblis laknatullah sememangnya musuh mereka yang utama, yang pernah berjanji di hadapan Allah untuk menyesatkan manusia sehabis upayanya!

Aku teliti lagi tiga ayat yang kubaca tadi. Ayat 175 hingga 177 dari Surah yang sama.


 وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيۡنَـٰهُ ءَايَـٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنۡهَا فَأَتۡبَعَهُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡغَاوِينَ

175. “Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia MELEPASKAN DIRI dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang yang sesat”

Hati rasa tertusuk-tusuk. Seolah-olah Allah sedang berbicara secara langsung kepadaku. Seolah tiga ayat ini memang ditujukan kepadaku.

Ya, akulah orangnya yang telah diberikan Allah hidayahNya, untuk menggabungkan diri di dalam gerabak dakwah ini. Aku yang dengan izin Allah dan rahmat kasih sayangNya,akhirnya sedar tentang hakikat penciptaanku sebagai seorang hamba dan khalifah.Tetapi aku sering lupa, iblis dan syaitan yang hidup beribu tahun lamanya itu tak pernah putus asa untuk menyesatkan manusia, hatta para daie tidak terkecuali. 

Tidakkah kita sedar, tatkala hati mula rasa bosan dan jemu dengan urusan dan kesibukan dakwah, tatkala jiwa meronta-ronta mahu melarikan diri dari qodhoya dakwah yang menyesakkan dada dan menuntut masa dan fikiran, tatkala keluhan diluahkan apabila masuliyyah dakwah datang bertimpa-timpa di hadapan kita, tatkala kita lebih mengutamakan kepentingan diri daripada kepentingan dakwah.

Tidakkah kita sedar, semuanya itu merupakan petanda dunia mula menapak di dalam jiwa kita, dan syaitan mula melabuhkan sarangnya di dalam hati kita?

Jahiliyyah para du’at itu kadangkala tidak secerah matahari. Du’at itu mungkin terpelihara pakaiannya,terjaga amal solehnya, dikagumi akhlaknya. Tapi bagaimana dengan hati? Adakah ikhlas mengiringi setiap amalan? Apakah redha Allah yang dicari dalam setiap langkah dan tindakan?

Jahiliyyah para du’at itu, datangnya secara berperingkat, perlahan tanpa disedari. 



Kerana itulah Allah menggunakan kalimah “fansalakha” untuk menggambarkan perihal du’at yang perlahan-lahan melepaskan dirinya dari tuntutan dakwah. Kalimah fansalakha yang juga menggambarkan keadaan ular yang sedang bersalin kulit. Sang ular menanggalkan kulitnya yang pernah menjadi sebahagian dari dirinya, dan perlahan-lahan pergi meninggalkan kulitnya yang lama.

Begitu juga para du’at. 

Syahadatul Haq yang pernah satu ketika dahulu mengegarkan jiwanya,dakwah yang pernah menjadi sebahagian dari hidup dan nadinya. Sayang, keterujaan dan hamasah itu tidak lagi dirasakan kini, bahkan du’at itu perlahan-lahan mahu lari dari menanggung kewajipan yang maha berat itu.

Tanpa disedari, “fansalakha”, du’at itu cuba melepaskan diri dari ayat-ayat itu.

Maka tunggulah! Du’at itu akan mula  diikuti oleh iblis dan syaitan, yang sentiasa mengintai peluang untuk menyesatkannya. Iblis yang tak pernah jemu menggoda manusia dengan alhawa’, dan takkan redha sehinggalah manusia itu menjadi pengikutnya dan temannya di neraka!

Ya, selayaknya du’at yang meninggalkan dakwah menjadi teman sang iblis di neraka, kerana keduanya berkongsi kisah yang sama. Bukankah iblis juga pada awalnya merupakan makhluk Allah yang taat dan kemudian menjadi makhluk yang paling dilaknat kerana kufur dan ingkar untuk sujud kepada Nabi Adam alaihissalam? Maka apa bezanya iblis dengan du’at yang ingkar dengan perintah Allah untuk melaksanakan Syahadatul Haq setelah hidayah pernah menyapanya suatu ketika dahulu?


 وَلَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنَـٰهُ بِہَا وَلَـٰكِنَّهُ ۥۤ أَخۡلَدَ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ وَٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُ‌ۚ

176. “Dan sekiranya Kami menghendaki nescaya Kami tinggikan (darjatnya) dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia CENDERUNG KEPADA DUNIA dan MENGIKUTI KEINGINANNYA (yang rendah)”

Allah berkehendakkan untuk mengangkat darjat du’at dengan dakwah, namun sang du’at lebih selesa memilih kesenangan dunia dan tuntutan nafsu. Masa dan tenaganya bukan lagi untuk dakwah. Dia gembira apabila kesibukan dunia menghimpitnya, agar dia boleh lari dari tanggungjawab dakwah.

Tak cukup masa, sibuk dengan kerja, tiada siapa nak jaga anak, suami tak bagi pergi program, kelas banyak, exam dah dekat, tak cukup ilmu, jauh dari akhawat, blablabla. Apa-apa sahaja alasan akan cuba diberikan dan disogokkan.

Asalkan bukan dakwah.



فَمَثَلُهُ ۥ كَمَثَلِ ٱلۡڪَلۡبِ إِن تَحۡمِلۡ عَلَيۡهِ يَلۡهَثۡ أَوۡ تَتۡرُڪۡهُ يَلۡهَث‌ۚ ذَّٲلِكَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَا‌ۚ فَٱقۡصُصِ ٱلۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ

176. “Maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir”

Maka Allah mengumpamakan du’at yang sebegini dengan perumpamaan yang dahsyat. Dan jijik.

Seperti ANJING yang hina, tiada nilainya, dan tidak dihiraukan sedikit pun.


سَآءَ مَثَلاً ٱلۡقَوۡمُ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَا وَأَنفُسَہُمۡ كَانُواْ يَظۡلِمُونَ

177. “Sangat buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami; mereka menzalimi diri sendiri”

Begitu lah du’at yang meninggalkan dakwah, sangat hina dipandangan Allah. Walau banyak mana sumbangannya kepada dakwah sebelum ini, tiada nilainya, ibarat amal yang bagai debu-debu berterbangan.

Kerana itu gerabak dakwah ini hanya mampu dinaiki oleh mereka yang IKHLAS dalam perjuangan, dan TSABAT hingga ke akhirnya.
 

*nanges potong bawang T___T*






Monday, June 17, 2013

kering

menjadi pelajar tahun akhir perubatan memang memenatkan. hampir setiap hari kelas mula seawal 7 pagi hingga 5 petang, atau kadang2 terlajak juga sampai 6-7 petang.balik rumah pun kena buka buku, prepare utk kelas keesokannya takut2 doktor nak tanya dalam kelas. dengan exam yang sangat kerap, every 2 weeks, memang semput nak cover segala benda.

maka dengan segala kepenatan ulang alik ke kelas 6 hari seminggu tu, akan jadi sia-sia kalau tidak diniatkan sebagai ibadah.

bukan aku tak pernah penat. tahun-tahun sebelum ni penat juga. tapi bukan penat sebab belajar. 5 tahun sebagai medical student sebelum ni, aku akui tak bersungguh sangat dalam belajar. mungkin sebab takde passion dengan medic? wallahu a'lam. bila masuk tahun 6 jadi insaf, memandangkan dah tahun akhir as medical student maka perlulah jadi lebih rajin T__T

jika tahun-tahun sebelum ini,  penatnya terasa lagi manis.walaupun sibuk dengan urusan dakwah tarbiyyah, berprogram berdaurah sana sini, meeting sampai 2-3 pagi, aku jarang mengeluh kepenatan.mungkin kerana segalanya dibuat dengan rasa cinta. kalau dah suka, penat macam mana pun dah tak rasa.

aku jadi rindu dengan kesibukan kami yang dahulu, di waktu kami semua all out dalam kerja2 dakwah. di awal2 fasa pembinaan dakwah di mesir ini, semuanya perlu dibuat sendiri tanpa pantauan murabbi secara langsung. kerana kurang bimbingan, proses tajmik dan takwin banyak dilakukan secara try and error semata2. alhamdulillah, walaupun hasilnya banyak 'error', tp kami gembira dapat membina pengalaman baru walaupun terpaksa menerima hasil yang kurang memberangsangkan. ketika itu, segala tenaga dan fikiran hampir setiap masa untuk dakwah. qadhaya berlaku di mana-mana. di rumah, dalam teksi, dalam lecture hall. kadang2 dlm gap antara 2 kelas boleh jadi sesi meeting sesama kami kerana terlalu sibuk dan terlalu banyak perkara yang perlu diqadhayakan.

penat,bahkan lebih penat dari sekarang.  tapi penat ketika itu terasa manisnya.

tak tahu mana silapnya, penat yang aku rasakan sekarang berbeza.

rasa kering.

bila mana dah menjadi pelajar tahun akhir perubatan,  diberi keringanan untuk melepaskan beberapa masuliyah dalam dakwah, dengan alasan supaya fokus dalam pembelajaran. maka banyaklah masa yang diluangkan untuk medic, dan kuranglah masa yang disumbangkan untuk urusan2 dakwah.

memang terasa kosong. dan kering.

dan itu sepatutnya tak berlaku. bilamana kita menjadikan belajar tu sbg part of our ibadah, kita tak sepatutnya rasa kering. seolah-olah belajar itu terpisah dengan dakwah. sedangkan menjadi muslim yang cemerlang pun adalah satu bentuk dakwah bil haal dan juga satu qudwah.

ditambah dengan memikirkan kesibukan yang bakal dihadapi dalam alam pekerjaan nanti memang menakutkan. di waktu bujang ni pun terkial-kial nak balance antara medic dan dakwah, apatah lagi bila dah berkeluarga, bekerja. adakah kerjaya dan keluarga tu menjadi alat untuk melaju dalam dakwah, atau adakah menjadi fitnah? nauzubillah min zalik.

resolusi yang dapat dibuat? tajdid niat kenapa ambil medic. dan kena reset mind, bahawa dakwah itu perlulah dimaknakan dalam seluruh aspek kehidupan. dakwah bukan sekadar usrah, daurah, meeting, qadhaya dll. tp segala tingkah laku, peribadi, tutur kata, performance dlm pembelajaran, muamalah dengan manusia sekeliling, semuanya adalah dakwah. bilamana semua perkara dalam kehidupan seharian dilakukan kerana Allah, tiada istilah kering, tak ruhiy, tak basah dan sebagainya yg timbul .

kerana sepatutnya setiap tindakan kita seharian hanya untuk mendapat keredhaan Allah semata-mata. full stop.

huuu entry yang agak kurang bermanfaat, more to curahan hati sebenarnya. pardon my rambling :p


Saturday, April 6, 2013

tumuhaat al-fateh

Mengenali Sultan Muhammad Al-Fateh dengan lebih mendalam, semakin menambahkan rasa kagum dalam hati. Kisah bagaimana beliau dibesarkan dan dididik dari awal untuk menjadi Pembuka Kota Konstantinopel memang  mengujakan. Mengajar aku tentang pentingnya menjadi seorang 'VISIONARY', memiliki tumuhaat (wawasan) dan berjiwa besar. Al-Fateh seusia 12 tahun telah beriman bahawa dialah yang akan menjadi seperti yang disebut oleh Rasulullah di dalam hadisnya,

لتفتحن القسطنطينية فلنعلم الأمير أميرها   ولنعم الجيش ذلك الجيش

"Konstantinopel (kini Istanbul) akan jatuh ke tangan tentera Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tenteranya adalah sebaik-baik tentera ... " (Hadis riwayat Imam Ahmad)

Hadis yang diungkapkan oleh Rasulullah SAW di dalam peristiwa khandaq, ketika para sahabat ketakutan menanti kedatangan 10,000 musuh dari kaum Arab yang mahu memerangi Islam di Madinah. Sahabat yang juga sedang kelaparan sehinggakan terpaksa mengikat perut mereka dengan batu, diarahkan oleh Rasulullah untuk menggali parit (khandaq) sebagai strategi peperangan atas saranan Salman Al-Farisi r.a. Ketika itulah mukjizat Rasulullah SAW berlaku dan baginda diberitakan oleh Allah dengan kemenangan Islam ke atas Parsi dan Rom.

Jika kita yang berada di tempat para sahabat ketika itu, mampukah kita beriman sekental iman mereka golongan muhajirin dan ansar? Sedangkan mahu memenangi Rom dan Parsi, hendak menghadapi kaum Arab pun mereka menggigil kegerunan. Namun sememangnya  usah diragui keimanan mereka, mereka lantas percaya sebulat hati dan bergembira dengan perkhabaran dari Rasulullah SAW, menandakan kemenangan Islam semakin dekat!

Dan sabda Rasulullah SAW itu terbukti dengan kemenangan Islam ke atas Parsi di dalam Perang Qadisiyyah pada tahun ke15 Hijrah. Manakala, hadis tentang pembukaan Rom menjadi aspirasi kepada umat Islam sejak zaman berzaman. 800 tahun selepas diungkapkan hadis tersebut, akhirnya Sultan Muhammad AlFatih yang menjadi pembuka Kota Konstantinopel selepas 12 kali percubaan untuk menawan kota itu dilakukan sejak zaman sahabat lagi.

Ramai yang takjub kekaguman dengan pencapaian AlFatih ini. Apa yang membezakan beliau dari pemimpin-pemimpin terdahulu daripadanya? Mengapa kemenangan ke atas Rom itu hanya berlaku pada zaman pemerintahannya?

Hakikatnya, tiada yang ajaib pada Muhammad Al-Fatih. Dia hanyalah manusia biasa yang mempunyai wawasan, dan dia bekerja ke arah mencapai wawasannya.



Perlu kita fahami juga bahawa AlFatih seusia 8 tahun sama seperti kanak-kanak lain, nakal dan liat belajar. Sehingga ayahnya Sultan Murad terpaksa menjemput seorang ulama' untuk mengajarkan agama dan AlQuran kepada AlFatih, dan membenarkan ulama' tersebut, Syeikh Syamsuddin untuk menggunakan kekerasan ke atas AlFatih dalam proses pentarbiyahannya. Di sini dapat kita lihat peranan Syeikh Syamsuddin sebagai murabbi kepada AlFatih, sehinggakan pemerintahan beliau menjadikan ulama sebagai tempat rujuk utama. AlFatih dibesarkan dengan tegas dan sering ditanamkan ke dalam dirinya sejak kecil lagi bahawa dialah yang akan menjadi pembuka Konstantinopel seperti yang disebut di dalam hadis itu.

Mindset yang ditanamkan sejak kecil ini menjadikan AlFatih 'beriman' bahawa dialah yang akan melaksanakan hadis Rasulullah SAW itu, dan kerana itulah dia berusaha ke arahnya. Zaman remajanya tidak seperti remaja yang lain, bahkan dipenuhi dengan persiapan sebagai seorang pemimpin dari sudut agama, pendidikan, ketenteraan dan kepimpinan. Visinya yang besar untuk menawan Konstantinopel seringkali diragui, kerana 12x percubaan telah gagal termasuk ayahnya sendiri, Sultan Murad. Namun AlFatih dengan penuh keyakinan diri berkata,

"Aku bukan seperti mereka datuk moyangku yang terdahulu. Ini adalah aku, Muhammad, dan aku pasti akan menawan Konstantinopel"

Akhirnya AlFatih membuktikan kata-katanya sewaktu usianya hanya 21 tahun. Dialah yang disebut oleh Rasulullah sebagai sebaik-baik raja yang memimpin sebaik-baik tentera.

Sememangnya, Allah mentakdirkan kemenangan itu tercapai melalui AlFatih, bukan sia-sia. Bahkan Allah mahu mengajar kita pentingnya mempunyai wawasan dan visi yang besar dalam hidup. Tiada yang mustahil dalam dunia ini, andai kita bekerja ke arahnya. Meski kita pernah hidup di dalam jahiliyyah yang penuh kegelapan, masih ada ruang untuk kita berubah menjadi yang lebih baik. Andai bermimpi untuk melakukan perubahan pada dunia, mulakan pada diri kita sendiri. Didiklah nafsu supaya tunduk kepada iman. Penuhi jiwa hanya dengan Allah, nescaya setiap langkah sentiasa mengikut kehendak dan pandanganNya. 

Andai mengimpikan seorang penyelamat ummah yang lahir dari rahim ini, maka proses pentarbiyahan bakal zuriat itu bermula dari sekarang, iaitu pentarbiyahan wanita yang bakal melahirkannya Wanita yang meghayun buaian itu takkan mampu menggoncang dunia, andai masih tidak bertuhankan Allah sepenuhnya, masih leka dengan dunia yang membelenggu. Visi yang sekadar pada kata-kata tanpa amal ke arahnya, takkan ke mana-mana, hanya bermimpi di siang hari semata.

Kau bermimpi mahu memenangkan Islam. Kau bermimpi mahu menjadi seperti Hannah yang menginfaqkan zuriat di dalam kandungannya untuk Islam. Kau mahu mentarbiyah manusia bahkan zuriatmu menjadi penyelamat ummah dan pembebas AlAqsa.  Namun sudahkah kau lengkapkan dirimu dengan setiap muwasafat tarbiyah? Bagaimana dengan mutabaah amalmu? tilawahmu? tahajjudmu?puasamu?amal dakwahmu?

Tumuhaat itu, bukan sekadar angan-angan atau kata-kata. Tapi selayaknya diterjemahkan dalam bentuk amal. 

Ighfirlana Ya Rabb T__T


Sunday, March 17, 2013

seni kematian

Notification di facebook dan message di what's app bertalu-talu masuk. semuanya mengkhabarkan berita kehilangan 2 orang insan hebat di lapangan dakwah, pakcik Jusri dan akh Iman Syafiq.

Penuh newsfeed di facebook insan-insan yang hidup di sekeliling mereka memberi penyaksian akan kebaikan dan amal soleh yang mereka curahkan selama hayat mereka, terutamanya setelah berkenalan dengan dakwah dan tarbiyah.

Antara keduanya, kisah kematian akh Iman Syafiq lebih memberi kesan ke dalam jiwaku. mungkin kerana usianya yang sebaya denganku membuatkan aku tertanya-tanya dan cemburu. dia diusianya yang muda dan masih bertatih di dalam dakwah ini telah berjaya mengetuk ribuan jiwa di luar sana dengan amal solehnya. Aku hanya termenung.Apa pula amal yang boleh  aku persembahkan kpd Allah saat kematianku nanti? Bagaimana pula  kesudahanku? Baikkah? Atau burukkah?

Kisah akh Iman Syafiq juga mengingatkan aku tentang kematian seorang senior universitiku, akh Ammar pada tahun 2009 yang lepas. Aku pernah menulis tentangnya dalam entri : Aku Cemburukan Dia. Terasa ada persamaan antara kedua akh Iman dan akh Ammar. Mereka pergi di usia yang muda, keduanya adalah penggerak di atas jalan dakwah. keduanya juga meninggal kerana kemalangan jalan raya. Dan yang paling penting, pemergian kedua akh ini telah memberi kesan yang mendalam ke dalam hati mereka yang mengenali mereka, bahkan kepada insan-insan yang tidak pernah mengenali mereka sebelum ini turut terasa kehilangannya.


Kematian yang membangkitkan iman bagi jiwa-jiwa yang telah lama alpa dan leka bergelumang dengan jahiliyah. Kematian yang mengembalikan hamasah bagi jiwa-jiwa du'at yang lesu di dalam dakwah ini, yang telah kehilangan 'rasa' untuk all out di dalam dakwah. Akh Iman telah menunjukkan qudwah kepada para du'at, bahawa jalan dakwah ini terlalu mahal nilainya. Akh Iman telah mengajarkan para du'at bahawa tiada ertinya hidup ini, jika dakwah dan tarbiyah itu tidak dijadikan nadi.



Sungguh, kesedaran itu terlalu mahal harganya sehinggakan dengan kematianmu sahajalah, hatiku dan hati ramainya manusia lain mula tersedar dan bermuhasabah beristighfar.



Sabda Rasulullah:
"Orang yang paling cerdik adalah orang yang sentiasa mengingati mati." (Riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Abidunya.)

Hadis yang biasa diperdengarkan kepada kita. namun kali ini aku  seperti baru pertama kali membacanya.
Ya, sememangnya orang yang paling bijak adalah orang yang mengingati mati, dan bersedia menghadapi kematiannya.

Kerana manusia sifatnya memang sering merancang kehidupannya. Perancangan kerjaya, pembinaan keluarga, hatta perancangan di dalam dakwah sendiri.

Tetapi manusia sering terlupa untuk meletakkan PERSEDIAAN KEPADA KEMATIAN di dalam perancangan dan timeline hidupnya.

Sedangkan kematian dan akhirat itu adalah sesuatu yang pasti. Manakala dunia ini dan seisinya? Masih kabur. Yakinkah kita bakal hidup sehingga esok hari? Yakinkah kita mampu pulang ke Malaysia membawa ijazah kedoktoran ini? Kita merancang untuk berkahwin, bekerja, membina keluarga. Tapi yakinkah bahawa ajal tidak akan menjemput kita sebelum saat itu?

Imam Hasan Al Banna juga pernah berkata, “Orang yang bijak adalah orang yang mengolah seni kematiannya.”
 
Ya, kematian bisa menjadi seni, bergantung bagaimana kita memahaminya.

Seni kematian apa yang akan kita pilih, itu bergantung pada kita.  Hidup dalam kemaksiatan dan hura-hura, maka seni kematian yang mungkin kita dapatkan tidak jauh dari itu. Sama hal-nya dengan kehidupan yang kita penuhi dengan amal islami dan jihad, seni kematian yang kita dapatkan pun seharusnya tidak jauh dari itu.

Imam Asy-Syahid Hasan Al Banna  juga telah mengukir seni kematiannya, kematiannya di antara desingan peluru sniper ketika melaksanakan amanah dakwah. Asy Syahid Syed Qutub telah mengolah seni kematiannya dengan begitu indah, di atas tali gantung kerana memperjuangkan agama Allah.

Lalu, seni kematian apakah yang akan kita pilih kelak. Sudahkah kehidupan ini menjadi pengukir kematian yang baik nanti? Atau mungkin sebaliknya?

Ah, mungkin masih muda. Masih banyak goresan cita yang ingin diwujudkan. Masih besar harapan kehidupan yang ingin direalisasikan.

Namun, tiada siapa pernah tahu bila saatnya Izrail bakal menjemput dan mencabut nyawa dari tubuh.
Mungkin hari ini? Esok lusa? 10 tahun lagi? wallahu a'lam.

Maka, benarlah hanya orang yang bijak akan mengolah seni kematiannya. Agar kematiannya tidak sia-sia, bahkan membuahkan amal-amal soleh dan pahala yang tidak pernah putus sehingga kiamat. Kuncinya? DAKWAH. dan berdakwah IKHLAS kerana Allah.

Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda:

 الدال على الخير كفاعله
Orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan (hidayah),  pahala orang yang membuat kebajikan itu akan sampai kepadanya, tanpa ada sedikit pengurangan pun.

Ya, dengan dakwah lah, kau mampu menjana pahala yang berlipat kali ganda, yang tidak akan putus walaupun kematian menjadi pemutus kepada amal solehmu sendiri..

Muhasabah untuk diri sendiri.

Kembalilah mengolah kehidupan dalam mengukir seni kematian terbaik. Kembalilah melantunkan doa-doa agar Allah matikan dalam syahid, dalam seni kematian terindah yang pernah ada di muka bumi ini.

Allahummaghfirlahum warhamhum wa3afihim wa3fu3anhum.

Moga Allah tempatkan ruh Akh Iman Syafiq dan Pakcik Jusri di kalangan orang-orang soleh dan berjihad di atas jalanNya. Dan moga Allah memberikan kekuatan kepada keluarga mereka, serta ikhwah akhawat untuk terus tabah dan redha dengan ketetapanNya.

Ketahuilah, dakwah tidak rugi sedikit pun dengan kehilangan mereka. Perjuangan ini tidak kehilangan apa-apa dengan pemergian mereka. Kerana hakikatnya, dakwah dan perjuangan ini tidak memerlukan sesiapa. Dan hakikatnya, kitalah yang berhajatkan kepada dakwah itu untuk selamat di akhirat kelak.

Wallahu a'lam.

(baca kisah Akh Iman yang dinukilkan oleh Akh APG dan Ukhti Aisyah Muharikah)